Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sinopsis Serial Drama Turki Early Bird / Daydreamer (Erkenci Kus) Episode 7 - Kepercayaan dan Ketertarikan

 ***Beberapa minggu telah berlalu sejak malam penuh air mata itu.

Kantor Fikri Harika kembali sibuk dengan proyek baru, tapi di antara riuhnya ide dan tawa rekan kerja, ada dua hati yang masih saling menatap dari kejauhan — Sanem dan Can.

Sanem kini lebih berhati-hati. Ia datang paling pagi, bekerja tanpa keluhan, bahkan tak berani menatap Can terlalu lama. Tapi setiap kali pria itu lewat di dekatnya, jantungnya tetap berdebar seperti dulu. Ada sesuatu dalam tatapan Can — dingin di permukaan, namun lembut di dalamnya — yang membuatnya tak bisa berpaling.

Di sisi lain, Can diam-diam memperhatikan Sanem dari kejauhan. Ia kagum melihat betapa gadis itu tetap bertahan meski banyak yang memandang sinis. Setiap kali ia melihat Sanem tersenyum kecil sambil bekerja, hatinya terasa menghangat. Namun Can belum siap mengaku bahwa ia merindukan gadis itu. Ia masih berperang dengan egonya sendiri

*** Kenangan

Suatu pagi, kantor kedatangan klien baru: Arzu, seorang wanita cantik, elegan, dan berkarisma — sekaligus mantan kekasih Can yang pernah membuatnya terluka.


Kehadiran Arzu langsung membuat suasana berubah. Deren menyambutnya dengan antusias, sementara Sanem hanya menunduk, berusaha tidak menatap terlalu lama. Tapi jauh di dalam hatinya, ia merasa gelisah. Setiap kali Arzu dan Can berbicara berdua, ada sesuatu yang menusuk dadanya.

Can bersikap profesional, tapi bahkan ia tak bisa mengabaikan tatapan tajam Arzu yang seolah ingin menghidupkan kembali masa lalu.

“Sudah lama sekali, Can,” ucap Arzu dengan senyum menggoda.

“Ya,” jawab Can singkat. “Dan semoga semua tetap di masa lalu.”

Namun kata-kata itu terdengar hambar bagi Sanem. Ia menunduk, menyembunyikan rasa cemburu yang bahkan tak pantas ia miliki.

Sore itu, setelah rapat panjang, Sanem tanpa sengaja mendengar percakapan antara Arzu dan Deren di koridor.

“Can masih sama seperti dulu,” kata Arzu dengan nada percaya diri. “Dia hanya butuh waktu untuk mengingat siapa yang seharusnya di sisinya.”

Sanem berhenti di balik dinding. Kata-kata itu menusuk hatinya. Ia tahu dirinya bukan siapa-siapa bagi Can — tapi tetap saja, perih itu nyata.

Malamnya, Sanem duduk sendirian di taman belakang kantor, menatap langit Istanbul yang bertabur bintang. Ia menutup matanya, mengingat kembali suara Can, tatapannya, senyumnya yang jarang ia lihat akhir-akhir ini.

Tanpa sadar, Can datang menghampiri.

“Aku tahu kau suka duduk di sini,” katanya lembut.

Sanem terlonjak kecil. “T-Tuan Can… saya hanya...........”

Can mengangkat tangan, memberi isyarat agar ia tenang. “Kau tidak perlu menjelaskan.”

Mereka berdua terdiam cukup lama. Hanya suara jangkrik dan angin yang berhembus pelan.

Can akhirnya berbicara, suaranya pelan tapi tegas.

“Sanem… aku tahu aku terlalu keras padamu. Aku mencoba melupakan semuanya, tapi entah kenapa, setiap kali aku mencoba menjauh, aku malah semakin ingin tahu kabarmu.”

Sanem menatapnya, matanya basah. “Saya tidak pernah berhenti menyesal, Tuan Can. Tapi saya juga tidak bisa berhenti… memikirkan Anda.”

Hening panjang menyelimuti. Can tersenyum samar — bukan senyum kemenangan, tapi senyum seseorang yang akhirnya mengakui kebenaran yang tak bisa disembunyikan lagi.

“Jangan panggil aku Tuan Can,” katanya lembut. “Cukup… Can.”

Detik itu juga, dunia terasa berhenti berputar bagi Sanem.

Nama itu, diucapkannya dengan pelan, nyaris berbisik. “Can…”

Dan senyum di wajah pria itu menjadi jawaban yang lebih manis daripada kata apa pun.

Keesokan harinya, suasana di kantor sedikit berubah. Hubungan mereka mulai mencair, meski masih diselimuti batas-batas yang tak terucap. Sanem mulai berani tertawa lagi, dan Can tampak lebih ringan, seolah beban di hatinya perlahan berkurang.

Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Di balik dinding kantor, Emre kembali menyusun rencana. Ia merasa posisinya semakin terancam oleh kedekatan Can dan Sanem. Ia tak akan tinggal diam.

Dengan licik, ia mulai menebar kebohongan baru, menyiapkan jebakan yang bisa menghancurkan hubungan yang baru saja tumbuh kembali.

Sore menjelang, Can dan Sanem berjalan berdua menuju mobil usai rapat luar kota. Angin laut berhembus lembut, membuat rambut Sanem berantakan.

Can menatapnya, lalu dengan lembut merapikan helai rambut yang menutupi wajahnya.

“Kau selalu tampak kacau… tapi entah kenapa, aku suka melihatmu begitu,” ujarnya sambil tersenyum kecil.

Sanem tertawa gugup, pipinya memerah. “Kalau saya tahu bos saya suka tampilan kacau, saya tidak perlu repot berdandan tiap pagi.”

Can tertawa pelan. “Kau bukan sekadar karyawan, Sanem.”

Kata-kata itu membuat udara di antara mereka tiba-tiba berubah.

Sanem menatapnya lama, matanya bergetar. “Lalu… saya apa, Can?”

Can tak menjawab. Ia hanya menatapnya,,,,lama, dalam,,,, seolah jawaban itu terlalu besar untuk diucapkan malam itu.

Dan sebelum apa pun sempat terjadi, suara ponsel Can berdering. Emre.

Wajahnya langsung berubah serius. Ia menjauh, menjawab telepon dengan nada tegang. Sanem tahu, sesuatu buruk sedang menunggu di depan.

Di kejauhan, langit Istanbul mulai memerah.

Cinta mereka baru saja menemukan sinarnya… tapi bayangan masa lalu dan intrik baru sudah siap menutupinya kembali.

Episode sebelumnya : Sinopsis Serial Drama Turki Early Bird / Daydreamer (Erkenci Kus) Episode 6 - Antara Luka dan Penyesalan

Episode selanjutnya : Sinopsis Serial Drama Turki Early Bird / Daydreamer (Erkenci Kus) Episode 8 - Bayangan di Antara Cinta

Atau lihat Daftar lengkap Sinopsis Lengkap Serial Drama Turki Daydreamer (Erkenci Kus) 

Posting Komentar untuk "Sinopsis Serial Drama Turki Early Bird / Daydreamer (Erkenci Kus) Episode 7 - Kepercayaan dan Ketertarikan"