Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sinopsis Serial Drama Turki Early Bird / Daydreamer (Erkenci Kus) Episode 9 - Jarak yang diciptakan oleh Hati

Pagi itu, udara Istanbul terasa berbeda bagi Sanem Aydın.

Langit biru cerah, tapi hatinya mendung. Setelah malam panjang di dermaga, setelah air mata dan kata-kata yang nyaris tak terucap, ia memutuskan satu hal: ia harus menjauh.

Bukan karena tak mencintai Can, tapi justru karena terlalu mencintainya — dan karena cinta itu, hatinya terus terluka.

Sanem meminta mutasi sementara ke bagian promosi lapangan, jauh dari kantor pusat. Ia ingin memberi jarak, waktu, dan ruang bagi dirinya sendiri.

Saat surat itu tiba di meja Can Divit, pria itu terdiam lama. Ia menatap tulisan tangan Sanem di bawah tanda tangan kecilnya.

"Saya butuh waktu untuk memperbaiki diri, bukan untuk menjauh dari pekerjaan… tapi dari perasaan yang membuat saya tidak bisa bernapas."

Can menggenggam kertas itu erat, seolah takut huruf-huruf di atasnya akan hilang.

Wajahnya menegang, matanya kosong. Dunia seolah berhenti berputar.

Hari-hari berikutnya berjalan sunyi.

Tanpa tawa Sanem, kantor Fikri Harika terasa sepi. Tak ada lagi aroma parfum bunganya yang khas, tak ada suara canggungnya yang salah menyebut istilah marketing.

Can mencoba fokus pada pekerjaan, tapi setiap presentasi, setiap rapat, selalu terasa hampa.

Suatu sore, Deren menyapanya dengan nada tajam tapi jujur.

“Dia bukan hanya karyawan, kan?”

Can menatapnya sekilas. “Kau tidak tahu apa-apa.”

“Tentu saja aku tahu,” jawab Deren dingin. “Semua orang tahu. Tapi hanya kau yang terlalu takut mengakuinya.”

Can tak menjawab. Ia hanya pergi — menuju studio foto yang dulu sering mereka gunakan berdua. Di sana, di antara kamera dan cahaya, ia menatap hasil-hasil fotonya: potret Sanem tertawa, berlari di taman, rambutnya tertiup angin.

Setiap foto adalah kenangan, setiap kenangan adalah luka.

Sementara itu, di sisi lain kota, Sanem memulai pekerjaannya di lapangan. Ia kini bekerja dengan tim kecil untuk promosi produk alami di pasar lokal dan acara komunitas.

Meski sederhana, pekerjaan itu membuatnya merasa tenang. Ia bisa kembali menulis di buku catatannya, seperti dulu sebelum dunia Can Divit mengacaukan segalanya.

Namun, dalam diam, hatinya masih sering menoleh ke masa lalu.

Ia merindukan suara Can, tatapan matanya, bahkan caranya menegur dengan nada rendah tapi lembut.

“Aku bodoh,” gumamnya pelan sambil menatap langit sore. “Karena bahkan setelah semua yang terjadi, aku masih menunggunya.”

Beberapa hari kemudian, Can memutuskan untuk pergi ke lokasi proyek promosi di mana Sanem bekerja. Ia tidak memberi tahu siapa pun. Ia hanya mengikuti dorongan hatinya.

Ketika sampai di sana, ia melihat Sanem sedang membantu anak-anak menanam bunga di taman kota. Rambutnya diikat sederhana, pipinya merah terkena matahari, senyumnya hangat seperti dulu.

Untuk sesaat, Can hanya berdiri diam, terpaku.

Di matanya, gadis itu tampak seperti cahaya — sederhana, tulus, dan murni.

Sanem menyadari kehadirannya, dan tubuhnya menegang.

“Kenapa kau di sini?” tanyanya tanpa senyum.

Can mendekat, suaranya pelan tapi tegas. “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”

“Aku baik,” jawab Sanem singkat.

“Tapi aku tidak,” kata Can lirih.

Kalimat itu membuat Sanem menahan napas. Ia tak siap untuk kelembutan itu lagi.

“Can… jangan lakukan ini. Aku butuh waktu. Kau bilang sendiri dulu, kepercayaan harus dibangun lagi. Jadi biarkan aku… membangun dindingku dulu.”

Can menatapnya lama, lalu mengangguk pelan. “Kalau itu yang kau butuh, aku akan menunggu di sisi dinding itu.”

Malam harinya, Sanem duduk di balkon kecil rumahnya. Ia menatap langit, mengingat kata-kata Can siang tadi.

“Menunggu di sisi dinding itu…” gumamnya, senyum kecil muncul di bibirnya. Untuk pertama kalinya setelah lama, dadanya terasa hangat — bukan karena bahagia, tapi karena harapan yang perlahan tumbuh lagi.

Sementara itu, di rumah besar keluarga Divit, Emre mulai gelisah.

Semua rencananya mulai gagal. Can tidak hancur seperti yang ia harapkan. Bahkan sebaliknya — ia menjadi lebih kuat, lebih fokus, lebih dewasa.

Aylin menyadarinya lebih dulu. “Kau sudah kehilangan kendali, Emre,” katanya datar. “Semakin kau coba menjatuhkannya, semakin ia naik.”

Emre hanya menatapnya tajam. “Kalau begitu, kita buat Sanem menjauh untuk selamanya.”

Kalimat itu menandai babak baru — sebuah rencana kotor yang akan menempatkan Sanem dalam bahaya, bukan hanya secara emosional… tapi juga dalam karier dan hidupnya.

Sore berikutnya, Can mendapat pesan dari nomor tak dikenal:

“Kalau kau ingin tahu di mana Sanem sebenarnya, datanglah ke gudang lama di pelabuhan. Sendirian.”

Tatapannya berubah tajam. Ia tahu jebakan ketika melihatnya — tapi nama Sanem cukup untuk membuatnya berangkat tanpa berpikir dua kali.

Malam itu, di antara bayangan lampu pelabuhan yang redup, takdir mereka kembali bersinggungan — di tempat di mana cinta dan bahaya akan saling bertemu untuk pertama kalinya.

Episode sebelumnya : Sinopsis Serial Drama Turki Early Bird / Daydreamer (Erkenci Kus) Episode 8 - Bayangan di Antara Cinta

Episode selanjutnya : Sinopsis Serial Drama Turki Early Bird / Daydreamer (Erkenci Kus) Episode 10 - Jarak yang diciptakan oleh Hati

Atau lihat Daftar lengkap Sinopsis Lengkap Serial Drama Turki Daydreamer (Erkenci Kus)

Posting Komentar untuk "Sinopsis Serial Drama Turki Early Bird / Daydreamer (Erkenci Kus) Episode 9 - Jarak yang diciptakan oleh Hati"