Sinopsis Eşref Rüya (2025) Episode 4 - Apa yang Kau inginkan ?
***“Darah Lama, Rahasia Baru”**
Sinopsis Eşref Rüya (2025) Episode 4 | Kabut pagi Istanbul menyelimuti kota seperti selimut tipis berwarna perak. Lalu lintas belum padat, namun suasana terasa berat—seolah udara itu sendiri mengetahui bahwa hari ini akan berubah menjadi sesuatu yang jauh dari biasa.
Episode 4 dibuka bukan dengan ledakan atau baku tembak, melainkan ketenangan yang terasa mengancam.
Seperti permukaan air yang tampak diam… namun di dasar, ada badai yang siap meledak kapan saja.
Nisan dan Pagi yang Mengantar Pertanyaan Baru
Nisan bangun lebih pagi dari biasanya. Semalaman ia gelisah, memikirkan sosok pria yang kini selalu muncul dalam hidupnya bagaikan bayangan pelindung.
Eşref Tek..........Nama itu terus menggaung dalam pikirannya sejak malam kejadian. Ada sesuatu yang aneh darinya—sebuah kombinasi antara bahaya dan ketulusan yang membuat Nisan tidak tahu apakah ia harus menjauh atau… percaya.
Saat berdiri di depan cermin, Nisan menyentuh luka kecil di lengan yang ia dapat saat dikejar orang asing itu.
"Kenapa hidupku terasa seperti berubah arah sejak aku bertemu dia?" gumamnya.
Kring—
Ponselnya bergetar.
Pesan dari nomor tak dikenal:
“Jangan keluar sendirian hari ini.”
Nisan merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia tahu siapa pengirimnya.
Meski hanya lima kata, pesannya membuat jantung Nisan berdetak lebih cepat dari biasanya.
Dan entah mengapa… ia tidak merasa takut.
Ia merasa dilindungi.
***Markas Lama Eşref – Luka yang Belum Sembuh
Sementara itu, di sebuah bangunan tua bekas pabrik, Eşref berdiri di balkon tinggi. Ia menatap ke bawah, memandang Arin yang memeriksa perimeter keamanan dengan beberapa orang kepercayaannya.
Arin datang menghampirinya.
“Anak itu masih tidur,” kata Arin. “Miran kelelahan—mental dan fisiknya.”
Eşref mengangguk pelan.
“Dia tidak boleh kembali ke Kudret. Jika dia kembali, dia tidak akan selamat.”
Arin menatapnya lama.
“Kau terlalu mengikatkan hatimu padanya. Itu berbahaya, bos.”
Eşref tidak menjawab. Matanya tetap mengarah jauh, seolah melihat masa lalu yang ingin ia kubur.
“Arin… Miran mengingat sesuatu semalam.”
“Suatu rahasia?”
Eşref mengangguk tipis.
“Dia bilang Kudret menyebut nama ‘Rüya’.”
Arin menegang.
Rüya.
Nama itu seperti petir yang membelah sunyi.
Nama yang seharusnya sudah terkubur bertahun-tahun lalu.
Nama seorang perempuan yang dulu pernah menjadi hidup dan kehancuran Eşref dalam satu paket.
“Jika Kudret benar-benar menyelidikinya,” ujar Arin, “dia bisa… menemukan semuanya.”
Eşref mengepalkan tangan hingga uratnya terlihat tegang.
“Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”
Kudret Menyiapkan Jaring Baru
Di sisi lain kota, Kudret Aydin duduk di sofa besar di ruang kerjanya yang seperti sarang ular—gelap, penuh asap rokok, dan dikelilingi foto-foto target.
Fotografer setianya, Cem, meletakkan sebuah amplop berisi foto-foto terbaru.
Kudret mengambilnya satu per satu.
Foto pertama:
Eşref sedang berjalan di jalan kecil.
Foto kedua:
Arin berbicara dengan seseorang.
Foto ketiga:
Nisan turun dari mobil taksi, menunduk karena angin.
Kudret tersenyum miring.
“Gadis ini… dia tidak tahu nilai dirinya.”
Cem bertanya ragu, “Anda yakin dia begitu penting?”
Kudret mengeluarkan foto lama—foto seorang perempuan cantik dalam gaun putih, berdiri di balkon, rambutnya bergelombang halus tertiup angin.
Perempuan itu adalah Rüya.
Dan kemiripannya dengan Nisan membuat darah Kudret mengalir lebih cepat.
“Kau lihat ini?” ujar Kudret. “Ini bukan kebetulan. Dunia memberikan kesempatan kedua untuk menyakiti Eşref… dan kali ini aku tidak akan gagal.”
***Nisan Menghadapi Bahaya—Lagi
Menjelang sore, Nisan akhirnya keluar untuk pergi bekerja karena tidak mungkin membatalkan janji dengan galeri.
Namun baru beberapa langkah ia berjalan di trotoar kecil dekat Sungai Bosphorus—
Seseorang menarik pergelangan tangannya.
Nisan hampir berteriak, tetapi mulutnya dibekap tangan.
Namun orang itu justru berkata pelan:
“Jangan takut. Aku… Arin.”
Nisan menatapnya bingung dan ketakutan.
Arin mengangkat kedua tangannya sebagai tanda damai.
“Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin menghindarkanmu dari seseorang yang sedang mengikuti langkahmu sejak pagi.”
Nisan memandang sekeliling.
Tidak ada apa-apa, kecuali pejalan kaki dan suara klakson jauh.
“Siapa yang mengikutiku?”
Tanya Nisan.
Arin menelan ludah sebelum menjawab.
“Orang yang tidak ingin kau bertemu… dengannya lagi.”
“Dengan… Eşref?”
Arin terdiam.
Diam itu adalah jawaban.
Adegan yang Mengubah Segalanya
Sementara Arin menjaga Nisan dari bayangan bahaya, Eşref mendatangi sebuah rumah tua di Fatih—tempat yang menyimpan rahasia masa lalunya.
Di dalam rumah itu, berdebu dan sunyi, tergantung foto Rüya di berbagai sisi. Lampu kuning redup menciptakan suasana yang hampir seperti makam hidup.
Eşref duduk di sofa reyot, memegang foto Rüya.
“Maafkan aku,” ujarnya lirih.
“Kau akan membenciku jika mengetahui aku memasukkan orang lain ke dalam lingkaran ini… seseorang yang mirip denganmu.”
Sudah lama ia tidak menunjukkan emosinya seperti ini.
Rüya adalah masa lalunya—cinta pertamanya, penderitaan pertamanya, dan kehilangan yang tidak pernah ia pulihkan.
Ketika ia bangkit untuk pergi, pintu rumah berderit terbuka. Seperti ada seseorang mengintai dari luar.
Eşref menoleh cepat.
“Keluarlah.”
Namun tidak ada jawaban.
Saat ia melangkah ke halaman—
Ledakan kecil terjadi di mobil lamanya, memecahkan kaca dan menghancurkan pagar.
Eşref terpental, terluka, tapi masih mampu berdiri.
Ia tahu siapa yang melakukan ini.
“Kudret… kau mulai perang di tempat yang salah,” gumamnya.
Nisan Diculik
Sore menjelang malam, Arin mengantar Nisan pulang tanpa ia sadari bahwa dua motor mengikuti dari jauh.
Saat Arin menerima telepon darurat—jebakan yang dibuat Kudret—ia terpaksa meninggalkan posisi selama beberapa menit.
Dan saat itulah tragedi terjadi.
Nisan melangkah menuju pintu apartemen…
Tiba-tiba dua pria bertopeng muncul dari lorong, menutup mulutnya, dan menyeretnya masuk ke van putih.
Teriakan Nisan teredam kain basah berisi obat bius.
Dalam hitungan detik, dunia gelap menelannya.
Dan ketika Arin kembali, pintu apartemen sudah terbuka…
Tas Nisan tergeletak di lantai.
Arin membeku.
“Tidak… tidak…”
Ia langsung menghubungi Eşref.
Amarah yang Tidak Pernah Dilihat Sebelumnya
Telepon Arin hanya berisi satu kalimat:
“Bos… Nisan hilang.”
Eşref tidak menjawab.
Tidak ada kata. Tidak ada teriakan.
Hanya keheningan.
Keheningan yang membuat Arin merinding—karena itu berarti badai Eşref sedang bangun.
Eşref menutup telepon, lalu meraih pistol dan jaket hitam panjangnya.
Tatapannya berubah.
Dingin.
Gelap.
Tanpa ragu.
“Mulai malam ini,” ujarnya pelan, “Kudret akan menyesal pernah menyentuh apa pun yang berhubungan denganku.”
Adegan Penutup Episode—Cliffhanger Besar
Dalam gudang bawah tanah milik Kudret, Nisan terikat di kursi dengan lampu neon putih menyilaukan wajahnya.
Kudret berjalan mendekat, sambil menatap wajah Nisan seperti karya seni yang baru ditemukan.
“Kau sangat mirip dengannya,” katanya pelan.
“Sejarah memang punya cara aneh mengulang dirinya.”
Nisan menggigit bibir. “Apa yang kau inginkan?”
Kudret tersenyum miring.
“Untuk membuat Eşref Tek berlutut.”
Ia mengambil foto lama Rüya, meletakkannya di pangkuan Nisan.
“Dan kau… akan menjadi kuncinya.”
Lampu padam.
Layar gelap.
Episode 4 berakhir.

Posting Komentar untuk "Sinopsis Eşref Rüya (2025) Episode 4 - Apa yang Kau inginkan ? "